REAKSI IODOFORM
04.50
By
YULIA_Z
0
komentar
semeater 1
SIFAT SENYAWA ION
1.Struktur/susunan kristal
Dalam
keadaan padat, senyawa ionis terdapat dalam bentuk kristal dengan
susunan tertentu. Penafsiran terhadap hasil difraksi sinar-X pada
senyawa ion dapat memberi petunjuk mengenai susunan internal dari
kristal ion tersebut. Misalnya pada kristal NaCl dapat diketahui bahwa
setiap ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl-, dan setiap ion Cl- juga
dikelilingi oleh 6 ion Na+.
2. Keras, kaku dan rapuh
3. Reaksi ion
Pada reaksi senyawa ionis, ion-ion tidak tergantung
pada ion pasangannya, misalnya bila NaCl dan AgNO3 (dalam larutan)
dicampurkan, maka segera terbentuk endapan AgCl. Reaksi yang terjadi
adalah:
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (s)
4. Daya hantar listrik
Baik dalam keadaan cair (meleleh) maupun dalam larutannya senyawa ionis dapat menghantarkan arus listrik.
Pada table 1.1 dapat dilihat daya hantar berbagai senyawa klorida dalam keadaan padatan, cair (meleleh) pada suhu titik lelehnya dan pada larutannya
5. Isomorf
Senyawa-senyawa ion yang mempunyai susunan yang mirip satu sama lain seperti NaCl dan KNO3 mempunyai bentuk kristal yang sama yang disebut isomorf. Di samping itu terdapat pula senyawa-senyawa yang mempunyai muatan ion berbeda, tetapi mempunyai susunan kristal yang sama, misalnya NaF dan MgO, CaCl2 dan K2S masing-masing mempunyai susunan kristal yang sama.
5. Kelarutan
Pada umumnya senyawa ionis larut dalam pelarut yang mengandung gugs OH- seperti H2O dan C2H5OH yang merupakan senyawa kovalen polar, sedangkan senyawa kovalen larut dalam pelarut nonpol
IKATAN KOPALEN
Baik dalam keadaan cair (meleleh) maupun dalam larutannya senyawa ionis dapat menghantarkan arus listrik.
Pada table 1.1 dapat dilihat daya hantar berbagai senyawa klorida dalam keadaan padatan, cair (meleleh) pada suhu titik lelehnya dan pada larutannya
5. Isomorf
Senyawa-senyawa ion yang mempunyai susunan yang mirip satu sama lain seperti NaCl dan KNO3 mempunyai bentuk kristal yang sama yang disebut isomorf. Di samping itu terdapat pula senyawa-senyawa yang mempunyai muatan ion berbeda, tetapi mempunyai susunan kristal yang sama, misalnya NaF dan MgO, CaCl2 dan K2S masing-masing mempunyai susunan kristal yang sama.
5. Kelarutan
Pada umumnya senyawa ionis larut dalam pelarut yang mengandung gugs OH- seperti H2O dan C2H5OH yang merupakan senyawa kovalen polar, sedangkan senyawa kovalen larut dalam pelarut nonpol
IKATAN KOPALEN
Proses pembentukan kestabilan suatu atom tidak hanya melalui
pelepasan dan penerimaan elektron, kenyataan kestabilan juga dapat
dicapai dengan cara menggunakan elektron secara bersama. Bagaimana satu
atom dapat menggunakan elektron terluarnya secara bersama dapat dilihat
pada Gambar 5.6.
Gambar 5.6. Pasangan elektron bersama untuk atom F yang membentuk senyawa F2
Atom Flor, memiliki nomor atom 7, sehingga memiliki 7 (tujuh)
elektron yang berada pada dua tingkat energi yaitu energi pertama (kulit
K) dan tingkat energi kedua yaitu kulit L, elektron terdistribusi pada
orbital 1s2, 2s2 dan orbital p5, seperti Gambar 5.6. Pada orbital p, dua
elektron dibedakan (biru gelap) berasal dari atom F sebelah kiri dan
kanan, kedua atom itu dipergunakan agar konfigurasinya mengikuti gas
mulia. Gambar 5.7 A dan B, menunjukkan ikatan kovalen dari senyawa H2,
dan adanya gaya tarik kovalen dari setiap inti atom H terhadap pasangan
elektron, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya tarik-menarik bersih
(netto) yang terjadi ketika setiap atom memberikan 1 (satu) elektron
tidak berpasangan untuk dipasangkan dengan elektron dari atom yang lain,
pada satu ruang kosong, maka pasangan elektron ditarik oleh kedua inti
atom tersebut.
Gambar 5.7. Ikatan kovalen yang terjadi pada atom H membentuk H2, dengan menggunakan elektron bersama dari orbital 1s1
Ikatan kovalen terjadi karena atom-atom yang berikatan memiliki
kelektronegatifan yang setara dan tidak memiliki kelebihan orbital
kosong yang berenergi rendah.
Kondisi semacam ini tampak pada unsur-unsur non logam, paling tidak
terdapat antara 4 (elektron) sampai 8 (delapan) elektron yang berada
pada kulit terluar. Beberapa pengecualian perlu diperhatikan khususnya
untuk unsur H (hidrogen) elektron valensi 1s1 (satu elektron pada
tingkat energi terendah, (Helium) elektron 1s2 (dua elektron pada
tingkat energi terendah. Demikianpula untuk B (Boron) memiliki 3
elektron valensi (2s2, 2p1), sehingga unsur non logam cenderung
membentuk ikatan kovalen.
Beberapa unsur non logam yang membentuk senyawa kovalen seperti,
Hidrogen (H), Karbon (C), Nitrogen(N), Oksigen (O), Posfor (P), Sulfur
atau Belerang (S) dan Selenium (Se). Atas dasar kemampuan menarik atau
melepas elektron, umumnya muatan dari unsur-unsur non logam adalah +4,
-4, -3, -2 dan -1.
Panggambaran ikatan kovalen didasari pada kaidah oktet (delapan) atau
octet rule, menurut kaidah ini elektron valensi berjumlah delapan (s2
dan p6) sebagai bentuk kestabilan dari konfigurasi gas mulia, sehingga
jumlah 8 (delapan) elektron merupakan jumlah yang harus dipenuhi untuk
membentuk ikatan kovalen, kecuali untuk hidrogen hanya dua elektron.
Lewis memperkenalkan cara penulisan ikatan dan senyawa kovalen, pasangan
elektron yang dipergunakan bersama digambarkan sebagai garis lurus.
Gambar 5.8, menjelaskan dan menyederhanakan cara penulisan dan
penggambaran senyawa kovalen untuk beberapa senyawa kovalen yang
dibentuk dari atom yang berbeda.
Gambar 5.8. Ikatan molekul dengan atom penyusun yang berbeda atom H dan O, membentuk senyawa air
Ikatan kovalen dapat terbentuk dari beberapa pasangan elektron,
seperti tunggal contohnya F2 atau H2, namun dapat pula terjadi rangkap
dua seperti pada molekul gas CO2, dan rangkap tiga terjadi gas astilen
C2H2.
Pada molekul CO2, atom Karbon menyumbangkan 2 (dua) elektron untuk
setiap atom oksigen, demikianpula dengan atom oksigen masing-masing
memberikan 2 (dua) elektronnya.
Untuk molekul C2H2, dua atom Karbon saling memberikan 3 (tiga
elektronnya) sehingga terjadi tiga pasangan elektron, dan setiap atom
Karbon juga menyumbangkan satu elektronnya ke atom hidrogen, sedangkan
kedua atom hidrogen, masing-masing memberikan satu elektronnya kepada
karbon dan membentuk 2 (dua) pasangan elektron, perhatikan Gambar 5.9.
Gambar 5.9. Ikatan kovalen rangkap dua pada senyawa CO2 dan rangkap tiga pada senyawa C2H2
Secara teliti, jika kita amati ikatan kovalen antara dua atom yang
berbeda akan terlihat bahwa salah satu inti atom lebih besar dari atom
yang lainnya, misalnya air, yang disusun oleh satu atom oksigen dan dua
atom H, seperti pada Gambar 5.10. Inti atom oksigen jauh lebih besar dan
jumlah muatan protonnya juga lebih banyak, sehingga 2 pasang dari
pasangan elektron yang dibentuk oleh atom H dan O akan lebih tertarik ke
inti atom oksigen. Hal ini menyebabkan, atom oksigen lebih bermuatan
negatif dan masing-masing atom hidrogen akan bermuatan sedikit postif,
dengan demikian terjadi polarisasi muatan dalam senyawa tersebut, dan
terbentuk dua kutub (positif dan negatif) atau dipol.
Gambar 5.10. Momen dipol dan sebaran muatan parsial negatif yang
ditunjukkan arah resultante momen dipol untuk molekul H2O, SO2 dan CO2
Perbedaan muatan untuk senyawa dipol dinyatakan dalam momen dipol.
Perhitungan momen dipol didasari atas perbedaan keelektronegatifan dari
atom-atom penyusunnya. Secara kualitatif kita dapat memprediksi
terjadinya polarisasi muatan dan resultante momen dipol yang dapat
dipergunakan untuk melihat sebaran dari muatan parsial positif dan
parsial negatif, seperti yang ditunjukkan oleh molekul air, sulfur
dioksida dan karbondioksida pada Gambar 5.10. Dari gambar tampak bahwa
untuk molekul air muatan parsial negatif terakumulasi di atom Oksigen,
sama halnya dengan molekul sulfurdioksida. Berbeda dengan seyawa CO2
tidak terjadi polarisasi.
Ikatan kovalen yang memiliki bentuk lain juga diamati, dimana ikatan
terbentuk akibat sebuah senyawa memiliki sepasang elektron yang tidak
dipergunakan (pasangan elektron bebas) disumbangkan kepada sebuah ion
atau senyawa, ikatan ini disebut juga dengan ikatan kovalen koordinasi.
Contoh menarik yang dapat kita temui adalah pembentukan ion amonium dan
pembentukan senyawa BF3NH3.
Molekul NH3 terpusat pada atom Nitrogen yang memiliki 5 (lima)
elektron valensi, 2 elektron pada orbital s (2s2) dan 3 elektron pada
orbital p (2p3). Tiga elektron pada orbital p dari Nitrogen membentuk
pasangan electron dengan 3 elektron dari atom H masing-masing memiliki
satu elektron, elektron valensi orbital s atom Nitrogen belum
dipergunakan, dan disebut dengan pasangan elektron bebas. Pasangan
elektron bebas hanya dapat disumbangkan kepada ion yang kekurangan
elektron, misalnya ion H+ atau molekul Boron triflorida BF3.
Kita ketahui bahwa atom memiliki satu buah proton dan satu buah
elektron, atom H akan berubah menjadi ion H+, jika melepaskan
elektronnya, sehingga orbital 1s-nya tidak berisi elektron, dan orbital s
inilah yang akan menerima sumbangan dari pasangan elektron bebas dari
senyawa NH3. Dengan diterimanya elektron dari senyawa NH3, maka
konfigurasi ion H+ memiliki dua elektron. Bagan reaksi 5.11,
menyederhanakan terjadinya ikatan kovalen koordinasi.
Bagan 5.11. Bagan reaksi proses pembentukan ikatan kovalen
koordinasi, (a) pembentukan ion H+ dari atom H dan (b) NH3 menyumbang
elektron bebasnya membentuk ion amonium (NH4)+
Sedangkan untuk molekul NH3BF3, pasangan elektron bebas diberikan
kepada atom pusat molekul BF3 yaitu B (Boron). Atom ini memiliki
memiliki elektron valensi 2s2 dan 2p1. Pembentukan molekul BF3 cukup
unik, pertama-tama elektron pada orbital s berpindah ke orbital p,
sehingga konfigurasi yang lebih teliti adalah 2s1, 2px1, 2py1 dan 2pz0
masih tetap kosong. Orbital yang berisi satu elektron ini dipergunakan
secara bersama dengan 3 (tiga) atom F, sehingga membentuk ikatan
kovalen. Atom B masih memiliki orbital kosongnya yaitu 2pz0 dan orbital
inilah yang menerima sumbangan pasangan elektron bebas dari molekul NH3
dan membentuk membentuk ikatan kovalen koordinasi dari molekul NH3BF3.
Proses pembentukannya dapat dilihat pada Bagan 5.12.
Bagan 5.12. Bagan reaksi proses pembentukan ikatan kovalen BF3 dan ikatan kovalen koordinasi antara molekul NH3 dan molekul BF3
Dalam ikatan kovalen dapat pula membentuk ion, misalnya ion
hidroksida (OH)- ion ini terbentuk karena terjadi pasangan elektron
antara atom H dan O, namun oksigen memiliki kelebihan elektron sebanyak
satu buah, dan menyebabkan terbentuknya ion (OH)-. Contoh lain adalah
ion Carbonat (CO3)2-, yang terbentuk dari satu ikatan rangkap dua antara
atom C dengan O, dan dua ikatan tunggal antara atom C dengan atom O,
namun 2 atom oksigen kelebihan masing-masing satu elektron, sehingga ion
ini kebihan 2 muatan negatif. Pembentukan anion untuk senyawa dengan
ikatan kovalen ditunjukkan pada Gambar 5.13.
Gambar 5.13. Anion hidroksida (OH)- dan carbonat (CO3) 2-yang dibentuk melalui ikatan kovalen
Dari tinjauan energi, pembentukan ikatan kimia melalui ikatan kovalen
merupakan reaksi eksoterm, berbeda dengan ikatan ion yang justru
membutuhkan energi (endoterm), dan umumnya reaksi eksoterm berlangsung
secara spontan, sehingga senyawa yang dibentuk oleh ikatan kovalen lebih
banyak dibandingkan dengan senyawa yang dibentuk oleh ikatan ion.
Molekul yang membangun sel makhluk hidup berupa protein, lemak,
karbohidrat merupakan contoh molekul atau senyawa yang dibentuk oleh
ikatan kovalen.
0 komentar: